puisi dan cerpen Kemerdekaan

Puisi dan Cerpen Kemerdekaan Karya Siswa/i MTs Al-Ittihadiyah

Berita, MTs

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh, hallo sahabat YKPI Al-Ittihad. Kali ini kami akan membagikan beberapa puisi dan cerpen tentang kemerdekaan, buah karya-karya anak-anak kita dari MTs Al-Ittihadiyah. Seperti apa sih hasil tulisan tangan mereka? yuk! sama-sama kita lihat dibawah ini.

Puisi Kemerdekaan

Berikut ini dua puisi pilihan bertema kemerdekaan yang dibuat oleh Hana Dallilah Khonsa dari MTs Al-Ittihadiyah.

Sepucuk Bunga Ku Persembahkan

Karya Hana Dallilah Khonsa

Terputar waktu dalam pikiran
Terulang kisah klasik masa lalu
Hembusan angin membawa ke 75 tahun silam

Serang !!!

Tertatih
Terhempas
Tercabik-cabik

Parah bak genangan air di jalanan
Tulang-tulang berhamburan
Tubuh tak bernyawa berserakan

Tak ada senyum, tak ada tawa
Tak ada waktu untuk membuat asa
Demi merah putih yang ku cinta

Kicauan merpati menyadarkanku
Tuhan. . .
Sepucuk bunga ku persembahkan
Sujud syukur ku berikakn

Tuhan. . .
Terima kasih karena kemerdekaan
Terima kasih akan kebebasan yang engkau berikan

Terima kasih . . .
Tak ada tombak tertancap
Tak ada senapan tertembak

Hancur

Karya Hana Dallilah Khonsa

Berjalan di jalan setapak
Menatap langit melihat dunia
Generasi yang tak berani bertarung maju

Terbawa angin ke atas lautan
Terombang ambing di atas permukaan
Generasi unggul hanya diambang asa

Hancur tanah ini
Tombak tertegak dipelipis kepala
Mati tak terhormat

Generasi yang tak berani menghadap dunia
Tak peduli tsunami melanda
Tak peduli gempa mengguncang
Tak peduli kaca pecah berhamburan

Penjajah mulai menyerang
Berkuasa
Bertapak
Membodohkan generasi muda

Masihkah merah putih berkibar?
Masih bisakah generasi sehat diselamatkan?
Masih bisakah hidup tanpa serangan mayat ?

Hancur. . .
Generasi yang tak berani menghadap dunia

Hancur tanah ini
Diserang tanpa senjata
Hancur tanpa teretak
Rusak tanpa terbelah
Pikiran hancur tanpa terasa
Sayap gagak terpatahkan
Bendera putih terkibarkan
Terimalah kehancuran
Pondasi terlanjur roboh
Kreatifitas bangsa terlanjur hancur

Mereka memperjuangkan
Namun kita melepaskan

Kita . . .
Diambang kehancuran

Baca Juga: Edutour MTs Al-Ittihadiyah Kunjungi PLTA Koto Panjang

Cerpen Kemerdekaan

Berikut ini dua cerpen pilihan bertema kemerdekaan yang dibuat oleh Annisa Naila Fitri dan Havin Gibran dari MTs Al-Ittihadiyah.

Jangan Menyerah !!!

Karya Annisa Naila Fitri

*Rafinda Arsalan Putra Sahreza, si ketua osis dominan sekolah

Pagi itu sekolah mereka sedang sibuk untuk mengurus lomba 17 Agustus-an, dan sekarang ketua osis itu (Rafi) sedang diintrogasi oleh siswi-siswi di sekolah tersebut. “Raf, lomba cerpen dimana?”, “Lomba puisi dimana ya bang?”, “kalau tarik tambang ?”, “Sabar ya, satu-satu nanyanya, oke?” senyum Rafi terpaksa. Masih saja mereka berdesak-desakan dan bertanya pada Rafi. Dan akhirnya membuat ketua osis itu marah. “KALIAN INI, BISA TENANG TIDAK?” bentak Rafi dan membuat suasana sekitarnya langsung senyap.

“Tenang Raf…” kata Daffa. Waketos sekaligus sahabat karib Rafi itu mencoba menenangkan singa jantan yang sedang marah. “ Aku udah sabar, Daf, udah berusaha buat mereka . . . kurang apalagi coba” jawab rafi.

“Mana Havizah?” tanya rafi. “Dia lagi ngurusin mereka juga” jawab Daffa. “Panggil dia sekarang, suruh dia ke ruangan osis” ucap Rafi tegas lalu berjalan menuju ruangan osis. Tanpa pikir panjang Daffa memanggil Haviza, agar segera menemui Rafi.


*Ruangan Osis*
”Aku berhenti jadi ketos” ucapnya pada Haviza sang sekretaris osis. Haviza terbelalak. “Ha. Kenapa?” ucapnya.

“Aku udah berusaha yang terbaik, tapi mereka masih juga protes, masih juga nanya. Aku ngak cocok jadi ketos yang cocok itu Daffa. Dia itu tenang, sabar. Lah Aku?” Ucap Rafi bersandar pada meja.

“Fi,, Ini tu hari kemerdekaan kita loh. Harusnya ngak gini. Kamu tau perjuangan pahlawan? Pahlawan aja kuat ngelawan penjajah. Mereka ditembak, dipukul, dicaci-maki, hartanya diambil, dicap lemah. Tapi, mereka ngak berhenti tuh jadi warga Indonesia. Malahan mereka bangga, dan kamu? Masa hanya karena protes mereka, jadi nyerah ? Jangan kayak gitu lah…” tawa Haviza.

“Untuk kesabaran dan ketenangan kamu udah lebih baik dari Daffa, tadi kamu masih bisa sabar kok. Aku bangga sama kamu” tambah Haviza.

Masa iya? Tanya Rafi memastikan.

“Iyalah, ayok semangat terus!! dan jangan lupa Kita tu harus bersyukur atas kemerdekaan kita! Para penjajah memang kuat, tapi kalau orang yang ditindas bersatu mereka bakal lebih kuat dari orang yang bersenjata” Tegas haviza.

“Dan satu lagi ni, kita juga harus lebih bersyukur, kalau sempat kita belum merdeka sekarang, belum tentu juga kamu jadi ketos, kan!” tambah haviza.

“Iya-iya ibu negara, bawel amat. Yaudah kalau gitu ane mau nyesesaiin masalah negara dulu. Makasih buat motivasinya”Rafi tersenyum lalu pergi ke luar dan mulai menyelesaikan tugasnya kembali.

“Siap, pak negara.. ” senyum haviza.

Mensyukuri Kemerdekaan

Karya Havin Gibran

Hari itu, ketika Ibu guru menjelaskan materi tentang kemerdekaan Indonesia. Dimas bertanya kepada gurunya, “Bagaimana kita bisa dijajah oleh Belanda, Bu?”

Lalu ibu guru mulai menceritakan apa yang terjadi. “Zaman dahulu, kita kaya akan rempah-rempah. Saat itu Belanda hanya ingin membeli rempah-rempahnya saja. Lama kelamaan mereka ingin menguasai rempah-rempah tersebut, sehingga mereka mejajah kita.

Belanda menjajah Indonesia selama 350 tahun.  Semua Pahlawan melawannya sampai akhir hayatnya. Setelah itu Jepang pun datang untuk menjajah Indonesia. Mereka menjajah selama 3,5 tahun. Mereka lebih kejam dari Belanda. Mereka membuat “Kerja Rodi” untuk rakyat Indonesia, yang sehat disuruh kerja dan yang sakit di biarkan terbengkalai hingga meninggal.

Akhirnya dengan perjuangan dan tekad bangsa Indonesia berhasil mengusir penjajah pergi dari Indonesia. Ketika presiden Soekarno memproklamasikan kemerdekaan Indonesia, yang merdeka itu hanya kota-kota kecilnya saja. Setahun kemudian, barulah Indonesia mendapatkan kemerdekaan seutuhnya.”

Tak terasa ternyata sudah lama Ibu guru menjelaskan materi di depan kelas, hingga membuat Itong kawannya Dimas, tertidur. Lalu Dimas-pun mengagetkan Itong.

Itong-pun terkejut lalu meminta maaf kepada Ibu guru.

“Jadi apa yang harus kita lakukan sebagai pemuda Indonesia” tanya Ibu guru. “Bersyukur dan berterima kasih pada pahlawan yang sudah memperjuangkan Negara ini, bu” jawab Dimas. “Iya benar sekali,Dimas. Sebagai pemuda kita harus bersyukur serta semangat menjalani kehidupan, dan yang paling penting jangan sampai malas. Ok!!” jawab Ibu guru.

Semua siswa serentak mengatakan “OK BU!!!

Pembelajaran-pun berakhir, dan mereka berhamburan keluar kelas.